Ditulis Oleh: Munzir Almusawa | |
Friday, 07 August 2009 | |
Senin, 3 Agustus 2009 قال رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : Sabda Rasulullah saw :بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي بِطَرِيقٍ، وَجَدَ غُصْنَ شَوْكٍ عَلَى الطَّرِيقِ، فَأَخَّرَهُ فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ، فَغَفَرَ لَهُ، ثُمَّ قَالَ الشُّهَدَاءُ خَمْسَةٌ، الْمَطْعُونُ، وَالْمَبْطُونُ، وَالْغَرِيقُ، وَصَاحِبُ الْهَدْمِ، وَالشَّهِيدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ. (صحيح البخاري) "Ketika seseorang berjalan di jalan, ia menemukan ranting kayu yg penuh duri, lalu ia menyingkirkannya, maka Allah berterimakasih padanya, maka Allah mengampuni dosa dosanya, lalu Rasul saw meneruskan sabda nya : Syuhada adalah lima : orang yang wafat terkena sakit Tha;un, dan orang yang wafat terkena sakit diperutnya, dan orang yang wafat tenggelam, dan orang yang wafat terkena reruntuhan/longsor, dan orang yg wafat dalam peperangan di Jalan Allah” (Shahih Bukhari) Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Limpahan puji kehadirat Allah Maha Raja langit dan bumi, Sang Pemilik kesucian jiwa, Yang Maha Menenangkan sanubari dengan cahaya keindahan-Nya, Yang Memuliakan kehidupan hamba – hambaNya dengan cahaya tuntunan Sang Nabi, Sayyidina Muhammad (Saw), Syafii’una Muhammad, Maulana Muhammad, Shallallahu wasallama wabaaraka alaihi wa alaih. Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, Allah Swt Maha Raja alam semesta selalu menerbitkan kemuliaan dan menawarkan pengampunan dan matahari kebahagiaan dunia dan akhirat adalah milik-Nya Yang Maha Abadi, Maha Tunggal dan Maha Sempurna, Maha Suci dan Maha Menguasai kemuliaan dunia dan akhirat, Maha Siap Membagi – bagikan Pengampunan dan Kasih Sayang-Nya kepada hamba – hamba yang mau membuka sanubarinya dan mengagungkan lisannya dengan memanggil Nama Allah dan mengagungkan hari – harinya dengan perbuatan yang luhur, dengan perbuatan yang suci untuk membenahi dirinya dengan keridhoan Allah, menghiasi hari – harinya, menghiasi dirinya, menghiasi lisannya, menghiasi penglihatannya, menghiasi pendengarannya, menghiasi nafasnya dengan keindahan Allah, menghiasi jiwanya dengan keindahan Allah, menghiasi sanubarinya dengan keindahan Allah, menghiasi siang malamnya dengan keridhoan Allah, Maha Tunggal dan Maha Abadi, Maha Berjasa kepada seluruh makhluk-Nya. Hadirin – hadirat, menghiasi hari – hari kita dengan keridhoan Ilahi, menghiasi jiwa kita dengan Cahaya Ilahi, menghiasi lisan dan seluruh tubuh dan jasad kita dengan Cahaya Ilahi. Tentunya Allah telah menciptakan satu cahaya yang membawa kebahagiaan dunia dan akhirat, membawa kebahagiaan dan menjadi terbitnya keridhoan Allah dunia dan akhirat, ialah Sayyidina Muhammad Shallallahu wasallama wabaaraka alaihi wa alaa alih. Sebagaimana firman-Nya “..wa siraajan munira” pelita yang terang – benderang bercahaya Nabiyyuna Muhammad Shallallahu wasallama wabaaraka alaihi wa alaa alih, Yang Allah simpan seluruh cinta dan mahabatullah pada gerak – gerik Muhammad Rasulullah Saw. “Qul in kuntum tuhibbuunallah fattabi’uuni yuhbibkumullah” katakanlah jika kalian betul – betul mencintai Allah, jika kalian mendambakan Allah maka ikutilah aku (Nabi Muhammad Saw); QS. Al Imran : 31. Menunjukkan pada gerak – gerik Sang Nabi Saw itulah tersimpan cahaya kecintaan Ilahi. Dalam tuntunannya, dalam bimbingannya, dalam cinta kepada beliaulah kesempurnaan iman.“Laa yukminu ahadukum hatta akuunaa ahabba iayhi min waladihi wa waalidiihi wannaasi ajma’in” Hadirin – hadirat, sampailah kita kepada hadits mulia yang mana telah kita baca bersama riwayat Imam Bukhari didalam Shahihnya bahwa Rasul saw menyampaikan suatu cerita dan suatu kabar. “Ketika seorang lelaki melewati sebuah jalan, lalu ia melihat ranting yang penuh dengan duri seraya menyingkirkannya dari jalan. Fasyakarallahu lahu, faghafara lahu”. Kita lihat kalimat ini, Allah berterima kasih kepadanya sehingga Allah mengampuninya. Kita lihat siapa yang berterima kasih?, Dialah (Allah). Apa untungnya bagi kita menyingkirkan ranting berduri dari jalan, barangkali yang lewat cuma hewan, barangkali yang lewat cuma orang – orang yang berdosa, ataupun tidak ada yang lewat sama sekali di jalan itu. Namun perbuatan mulia yang muncul dari jiwa dan niat yang suci, tidak akan didiamkan oleh Allah. Bukan perbuatan tangan mengangkat ranting dan menyingkirkannya, tapi jiwa yang bergetar (tergerak utk berbuat baik) yang dilihat oleh Rabbul Alamin Swt yang membuat Allah Swt menyampaikan bahwa niat orang itu dengan perbuatannya membuat Allah berterima kasih kepadanya. “Fasyakarallahu lahu, faghafara lahu” Allah berterima kasih padanya sehingga Allah mengampuninya. Allah Swt Maha Berterima kasih atas kebaikan hamba-Nya kepada makhluk Allah yang lainnya. Inilah keindahan Allah Yang Maha Indah, inilah perbuatan Yang Maha Indah, inilah Kasih Sayang Yang Maha Indah, sehingga didalam menyingkirkan ranting berduri saja sudah tersimpan Pengampunan Ilahi. Dalam gerak – gerik kita, dalam melangkah menuju majelis ini, Sebagaimana hadits yang kita baca minggu yang lalu bahwa Allah mengharamkan setiap kaki yang terkena debu dalam menuju ke jalan Allah, menuju shalat jum’at, menuju majelis, menuju tempat dzikir, sebagaimana Allah membiarkan (menyampaikan) hal itu dan disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw dan Allah mengharamkan setiap anggota sujud terkena api neraka. Dan demikian banyaknya, berpuluh ratus ribu hadits nabawiy dan ayatul qur’aniyyah yang menyampaikan kepada kita akan kelembutan Rabbul Alamin dan Jasa-Nya kepada kita. Dan tawaran lamaran cinta Rabbul Alamin selalu ditawarkan dalam setiap kehidupan kita kepada setiap hamba – hambaNya. Beruntung mereka yang mau menerima tawaran pengampunan. (ketahuilah) Yang Maha Mengampuni menawarkan pengampunan-Nya, Yang Maha Baik menawarkan surga-Nya yang abadi, Yang Maha Memiliki kebahagiaan dunia dan akhirat menawarkan kebahagiaan dunia dan akhirat bagi yang menginginkannya. Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, “Alladziina kafaruu wa shadduu ‘an sabiilillah adhalla a’maalahum; walladziina aamanuu wa ‘amiluushshaalihaati wa aamanuu bimaa nuzzila ‘alaa muhammadin wahuwal haqqu min rabbihim, kaffara ‘anhum sayyi;aaatihim wa ashlaha baalahum” Mereka yg menolak ajakan Allah dan berpaling dari ajakan Allah swt maka dihapuslah amal pahala mereka, dan orang – orang yang beriman dan beramal shalih dan mengikuti apa – apa yang diturunkan kepada Muhammad Saw, Allah kikis dosa – dosa mereka (dengan amal – amal mereka, dengan perbuatan mereka, dengan ibadah mereka, dengan shalatnya, dengan puasanya, dengan zakatnya, beramal yang fardhu dan sunnah, perbuatan baik yang besar atau yang tampak remeh (sekedar menyingkirkan ranting saja) terus Allah Swt mengikis perbuatan dan dosa – dosa mereka); QS. Muhammad : 1-2. “Kaffara ‘anhum sayyiaatihim”. (Allah kikis keburukan mereka) Karena sayyiaat itu adalah hal yang hina. Bisa berupa perbuatan dosa, bisa dosanya. Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, berbeda dengan dzunuub (yaitu) adalah dosanya, kalau sayiat itu adalah perbuatan perbuatan buruknya, bisa berupa wujud dosa, bisa perbuatan dosanya. Hadirin – hadirat, kalau seandainya Allah menghapuskan dosanya saja, Allah tidak menghapuskan sifat dan keinginan buruknya maka orang ini akan terus dalam dosa. (namun) Semakin ia menerima tuntunan Sang Nabi Muhammad Saw, menghiasi dirinya dengan sunnah Sang Nabi saw dan keindahan Sang Nabi saw maka Kaffara ‘anhum sayyiaatihim” Allah menghapus (sedikit demi sedikit) hal – hal yang buruk dari dosa – dosanya dan dari segala sifat buruknya. (misalnya hati kita berkata) Saya selalu menjalankan sunnah, tapi kenapa masih banyak tersisa sifat – sifat buruk dalam diri saya? Pertanyaan itu adalah hidayah dari Allah. Pertanyaan didalam diri kita, kenapa kita mesti berbuat dosa? Menunjukkan hidayah dari Allah memberi Cahaya didalam jiwa, memberi kefahaman didalam hati bahwa kita masih banyak berdosa. Jauh lebih beruntung dari orang lainnya yang tidak pernah merasa berbuat dosa dan ia terus berbuat dosa. (misalnya hatinya bekata) Cukup sudah aku istighfar atas dosaku. Namun kalau kita sudah berusaha menghindari hal – hal yang hina, didalam diri masih ada haus dan tidak puas dengan amal – amal yang shalih hingga hati masih menjerit mengatakan “kenapa aku masih berbuat dosa?” justru itulah daripada Cahya Rabbul Alamin yang berpijar dari hatimu, yang tidak pernah ingin hal – hal yang hina ada dalam diri kita dan itulah tanda dari Allah Swt yang sedang menerbitkan Cahaya Keindahan-Nya pada jiwamu. (diperjelas dg kalimat terpaut pada ayat tsb (Wa ashlaha baalahum : Allah perbaiki keadaannya, yaitu Allah perbaiki fikiran dan keadaan hidupnya, dg mengikuti tuntunan Nabi saw) Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, Demikian indahnya sunnah Nabi kita Muhammad Saw dan Rasul meneruskan sabdanya “tsumma qala asysyuhada khamsatun” lantas Rasul berkata Syuhada itu ada 5 yaitu “almath’un, walmabthun, walghariiq, washahibulhadm, wasysyahidu fii sabiilillah”. Demikian sabda Sang Nabi saw yang baru saja kita baca. Bahwa orang yang mati syahid itu ada 5 didalam hadits ini. Al Imam Hujjatul Islam wabarakatul anam Al Imam Nawawi didalam Syarh Nawawi ala Shahih Muslim mengatakan lebih dari 7 kelompok orang yang mati syahid. Akan tetapi didalam hadits riwayat Shahih Bukhari ini disebutkan 5. Riwayat Shahih Muslim menulis lebih dari 7 dan didalam riwayat lainnya lebih banyak lagi. Yang pertama “almath’un” orang yang wafat karena terkena wabah tha’un. Dimasa itu ada yang menyebut wabah tha’un itu adalah wabah penyakit yang menimpa suatu negeri atau di satu wilayah dan yang wafat bisa ratusan ribu orang. Dahsyat sekali wabah tha’un ini, biasanya datang 8 tahun sekali atau 10 tahun sekali di masa itu. Rasul berkata bahwa yang wafat terkena wabah tha’un maka ia syahid. Namun sebagian ulama mengatakan bahwa semua yang bersifat wabah penyakit, jika ia wafat terkena wabah itu maka ia tergolong kepada hadits ini dan di masa itu tidak ada wabah penyakit yang membunuh terkecuali wabah penyakit tha’un. Dan sebagian ulama mengelompokkan semua yang wafat terkena wabah penyakit (yg mematikan) maka ia dikelompokkan didalam syuhada. Yang kedua “almabthun” orang yang wafat karena sakit di perutnya. Apakah itu berupa ususnya, jantungnya atau lambungnya atau ginjalnya. Semua yang ada penyakit di dalam perutnya dan wafat karena itu maka ia wafat dalam keadaan syahid. Dan termasuk juga wanita yang wafat dalam keadaan hamil. Demikian ucapan Imam Nawawi didalam Syarh Nawawi alam Shahih Muslim. Orang yang hamil masuk kedalam kelompok ini, karena ia wafat dalam keadaan hamil (dikelompokkan yg wafat terkena sakit diperutnya) maka ia dikelompokkan bersama para syuhada yang wafat dalam syahid. Yang ketiga “alghariiq” orang yang wafat tenggelam. Orang yang wafat tenggelam selama ia muslim maka ia wafat dengan kemuliaan syahid. Yang keempat “shahibulhadm” orang yang wafat terkena reruntuhan bangunan. Apakah itu berupa tanah longsor, apakah berupa reruntuhan bangunan atau lainnya. Selama ia tertimpa sesuatu reruntuhan maka ia wafat dalam keadaan syahid. Yang kelima “syahid fii sabiilillah” orang yang berjihad di jalan Allah. Hadirin syuhada ini terdapat 2 kelompok (yg diakui oleh Allah, dan kelompok yg ketiga tidak diakui sebagai syahid oleh Allah walau diakui manusia karena diluar pengetahuan mereka) yaitu kelompok yang pertama ada 3 kelompok yakni Syahid Addunya, (yg tidak diakui Allah sebagai syahid) ia syahid didunia tapi bukan syahid di akhirat, dan Syahidul Akhirah, ia bukan diperlakukan syahid di dunia tapi ia syahid di akhirat, dan. Syahiduddunya wa Syahidul Akhirah (ia syahid di dunia dan yaumal qiyamah). Yang syahid didunia dan akhirat siapa? Yaitu orang yang mati syahid karena membela Allah Swt, membela agama Allah atau mati karena membela keluarganya, masyarakatnya dari serangan musuh yang bersenjata lalu ia melawan hingga ia wafat, maka wafatnya syahid di dunia dan akhirat. Maksudnya apa? Di dunia tidak perlu dishalatkan, tidak perlu dikafani, kenapa? karena sudah mati syahid. Di akhirat bersama para syuhada. Ada syahid di dunia yaitu yang mati syahid tapi di dunia saja. Ia ikut peperangan di dunia tapi bukan untuk membela agama Allah, barangkali karena emosinya, karena gengsinya, teman – temannya ikut berperang ia ikut saja. Hal seperti ini, di dunia diperlakukan seperti syuhada, tidak dishalatkan karena orang – orang tahunya ia mati syahid tapi di akhirat bukan bersama syuhada karena niatnya bukan untuk membela Allah dan Rasul-Nya. Ada syahidul akhirah adalah orang yang mati syahidnya dalam kelompok yang saya sebutkan tadi selain berperang di jalan Allah yaitu yang tenggelam, yang terbakar didalam Shahih Muslim disebutkan juga termasuk yang wafatnya terbakar, terkena reruntuhan. Mereka dishalatkan, diperlakukan seperti wafatnya seorang muslim namun di akhirat bersama para syuhada. Dan juga tentunya kelompok yang bersama mereka adalah mereka yang mencintai para syuhada. Hadirin – hadirat, ingat janji Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw “almar'u ma'a man ahab” seseorang bersama dengan orang yang ia cintai. Kita punya satu idola yang menjadi Imamussyuhada, Imamul Aulia, Imam dari semua mukminin – mukminat adalah Sayyidina Muhammad Saw. Semoga Allah menerangi jiwa kita dengan cinta kepada Nabi kita Muhammad Saw yang dengan itu Allah membuka tabir cinta kita kepada Allah Swt. Ya Rahman Ya Rahim, kami bermunajat kehadirat-Mu, memohon kepada-Mu Yang Maha Luhur, kepada-Mu Yang Maha Indah, Wahai Yang Maha Indah terangi jiwa kami dengan keindahan Nama-Mu, terangi jiwa kami dengan keindahan pengampunan-Mu, terangi jiwa kami dengan keindahan khusyu’, terangi ruh kami dengan kecintaan kehadirat-Mu, terangi hari – hari kami dengan kebahagiaan dan kemakmuran. Ya Dzaljalali wal ikram, jadikan malam ini malam yang paling banyak Kau limpahkan anugerah kepada kami. Ya Rahman Ya Rahim dhahiran wa bathinan dunia wal akhirah, jadikan malam esok lebih banyak lagi anugerah yang Kau limpahkan. Ya Rahman Ya Rahim jadikan hari – hari kami bagaikan gelombang keimanan yang terus berlipat ganda lebih dari rahasia samudera anugerah-Mu Yang Maha Luhur dan tiada pernah berhenti. Ya Dzaljalali wal ikram, Wahai Nama-Mu Yang Maha Indah dan Maha Luhur, ketika kami memanggil Nama-Mu maka Engkau melihat dan memuliakan kami dengan sedemikian anugerah, sedemikian pengampunan, sebagaimana firman-Mu didalam hadits qudsiy wahai keturunan adam jika kau berdoa dan berharap kepada-Ku, Ku-hapus dosa kalian tanpa Ku-perdulikan lagi. Demikian janji Rabbul Alamin bagi mereka yang menyeru Nama-Nya dan berdoa kepada-Nya dan bermunajat kepada-Nya. Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, Kita memanggil Nama Allah, kita bermunajat kehadiratullah, hadirkan seluruh hajat-Mu, hajat yang kita ketahui dan yang belum kita ketahui agar diijabah oleh Allah. Segala musibah yang akan datang dalam kehidupan kita agar digantikan oleh Allah dengan Rahmat dan Inayah. Limpahkan Kasih Sayang-Mu pada setiap nafas kami, jadikanlah siang dan malam kami dilimpahi Rahmat-Mu lebih dari usia kami yang lalu yang barangkalai penuh dosa dan kekhilafan. Kami memohon doa agar Kau maafkan seluruh catatan dosa kami dan menjadi catatan taubat, jadikanlah nafas kami adalah nafas munajat, nafas yang selalu merintih memanggil Nama-Mu Yang Maha Luhur. Kau Yang Maha Membolak – balikkan seluruh keadaan kami dan Maha Menghapusnya dan Maha Menggantikannya. Sebagaimana firman Allah “mereka – mereka yang bertaubat dan beramal shalih dan yang mau menyesali doanya, Allah ganti dosanya dengan pahala. Pastikan seluruh wajah kami ini keluar dari majelis ini sudah tidak lagi ada padanya sebutir dosa. Ya Rahman Ya Rahim gantikan seluruh dosa kami dengan pahala. Inilah doa dan inilah munajat. Faquuluuu jamii’an (ucapkanlah bersama sama) Ya Allah, Ya Allah..Ya Allah..Ya Allah.. Ya Rahman Ya Rahim Faquuluuu jamii’an (ucapkanlah bersama sama) Laillahailallah Laillahailallah Laillahailallah Muhammadurrasulullah Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, kita juga berdoa agar Allah Swt melimpahkan Rahmat dan Keberkahan pada guru kita fadhilatul sayyid adda’ilallah Al Habib Musthofa Alaydrus matta’nallahu bihi didalam dakwah dan hari – hari beliau. Ya Rahman Ya Rahim, dan semoga acara beliau 11 Ramadhan diberi kesuksesan oleh Allah Swt. Bagi yang mempunyai kesempatan, hadir ke majelis beliau. Sebagaimana beliau datang mengundang kita, beliau datang mengundang tidak dengan kertas tapi beliau datang mengundang sendiri dg hadir ke majelis kita. Kita semua hadir Insya Allah bagi yang mempunyai waktu. Dan juga kita berdoa semoga Allah Swt memberi kesuksesan pada malam nisfu sya’ban yang akan kita adakan di Monas. Semoga Allah Swt memberikan kesuksesan pada acara ini. Kabar telah disampaikan kepada Guru Mulia kita Al Musnid Al Allamah Al Habib Umar bin Hafidz bahwa jamaah akan berkumpul malam nisfu sya’ban di Monas untuk berdoa dengan doa nisfu sya’ban dan dzikir jalallah. Dan beliau gembira mendoakan majelis ini, semoga Allah Swt memberikan kesuksesan dan menjadikan malam nisfu sya’ban ini malam munajat, malam curah dan tumpahnya airmata pemuda – pemudi muslimin – muslimat dan agar Allah melimpahkan kedamaian di bumi Jakarta khususnya dan bagi bangsa Indonesia muslimin terbesar di muka bumi ini. Dan dijauhkan dari segala musibah, disingkirkan dari segala keburukan. Ya Rahman Ya Rahim dan kita teruskan acara ini, sekaligus saya mengumumkan Insya Allah setiap hari ahad sore pukul 14.00 di markas Majelis Rasulullah, majelis nisa tidak dihentikan tapi dilanjutkan dan saya sendiri yang akan mengajarnya. Ada yang bertanya apakah Majelis Rasulullah bulan puasa diliburkan? Insya Allah majelis ini terus berlanjut selama bulan Ramadhan karena demi dakwah Nabiyyuna Muhammad Saw dan kita lanjutkan dengan doa untuk muslimin – muslimat agar Allah beri pertolongan. Dan bersabda Nabi kita Muhammad Saw barangsiap yang emndoakan saudara muslimnya dan malaikat berkata “amin walaka mitsluh” amin dan untukmu sebagaimana doamu untuk saudaramu. Jika kau berdoa untuk seluruh muslimin maka tumpah ruahlah seluruh keberkahan. Amin allahumma amin. Tafadhol masykura Washallallahu ala Sayyidina Muhammad Nabiyyil Ummiy wa Shohbihi wa Sallam Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh |
Sunday, April 24, 2011
Lima Kelompok Golongan Syuhada
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment